Thursday, July 28, 2011

NARSIS


Pagee semuaa…
Hmm…kalo aku perhatiin, akhir-akhir ini kata narsis kian populer aja deh... Paling gak kalo aku bandingkan dengan masa kecilku dulu atau bahkan ketika aku masih SMA sekalipun. Narsis sering dihubung-hubungkan dengan orang yang sukanya memuji diri sendiri. Entah itu terwujud melalui kata-kata yang keluar dari orang tsb yang hanya berisi pujian utk dirinya, entah itu karena kegemarannya mengabadikan gambar dirinya (dgn kamera pribadi atau kadang juga gunain kamera orang lain), atau sekedar polah tingkahnya yang tidak bisa biarin sedikitpun waktu buat cermin itu bisa beristirahat.
Terlepas dari hal di atas, konon katanya asal muasal kata narsis berasal dari cerita Yunani. Kisah ini bermula ketika Narcisius, putra dari salah satu dewa Yunani, mempunyai wajah yang sangat tampan. Tapi dibalik ketampanannya itu dia adalah pribadi yang tidak mudah jatuh cinta (bahkan tidak mau jatuh cinta) dan sudah banyak sekali perempuan yang ditolak cintanya oleh Narcisius ini. Satu ketika dia mendapatkan kutukan. Kutukannya adalah dia akan menjadi orang yang menyukai bayangannya sendiri. Dan karena kutukan ini pulalah dia mati tenggelam. Saat itu dia sedang berada di pinggiran danau yang cukup dalam. Ketika hendak membasuh mukanya dipinggir danau, dia melihat bayangannya sendiri di permukaan air. Dia sangat suka dengan bayangannya sendiri sampai-sampai dia tidak mau beranjak dari tempat itu untuk beberapa waktu lamanya. Hingga pada akhinya timbullah keinginannya untuk mencium bayangannya sendiri itu, terceburlah dia di danau itu dan tenggelam.
Cerita ini bagiku sangat menginspirasi. Saat ini banyak orang yang sangat narsis dengan menggembar-gemborkan kelebihan dirinya, menjanjikan yang baik-baik, dan bermulut manis. Ini semua dilakukan supaya masyarakat mau memilih dia sebagai wakil rakyat yang nantinya akan duduk di pemerintahan. Narsis akan membuat orang memilihnya, begitu mungkin pikirnya. Lihat saja di TV, di koran, atau di baliho-baliho pinggir jalan. Mereka begitu narsisnya. Dan menurutku kenarsisannya sudah kebablasan. Sebagai contoh aku pernah melihat iklan caleg di satu baliho pinggir jalan. Di situ jelas dituliskan nama terangnya yang berakhiran seperti gelar S-1. Tapi setelah aku perhatiin lebih seksama, ternyata “S-1” itu adalah kependekan dari namanya. Kenapa aku bisa tau? Lhaiyalah…yang namanya gelar itu ditulis setelah tanda koma dibelakang namanya. Entah pemasang iklannya yang bodoh atau memang gak ngerti kaidah bahasa, yang jelas nama gelarnya itu ditulis tanpa tanda koma di belakang namanya. Padahal tepat di atas namanya itu ada nama orang lain (tapi masih satu kelompok dengan orang tsb) yang mencantumkan gelar akademisnya setelah koma dibelakang namanya. Aku pikir, orang yang menyadari akan hal ini justru hanya menertawakannya. Boro-boro memilih, kenarsisan justru akan menenggelamkannya.
Itu baru kata-kata atau tulisan. Narsis juga bisa dilihat dari kegemarannya mengabadikan gambar dirinya di kamar, di komputer, di kamera HPnya, bahkan di kamera HP orang lain. Dengan entengnya dia “merampas” HP temannya dan memotret dirinya. Dan gak lupa untuk “mengancam” pemilik HP untuk tidak menghapus gambar dirinya dalam HP itu. Hmm… gak heran sekarang banyak beredar photo-photo di internet, di mana yang bersangkutan merasa tidak pernah meng-upload-nya. Iya kalo photo yang beredar adalah photo cantiknya yang wajar, tapi kalo yang beredar adalah photo dirinya yang lagi mandi, gimana coba? Alih-alih menjadi terkenal, photo-photo yang sudah terlanjur beredar itu justru malah akan memeperburuk citranya.
Inti dari cerita ini sih benernya simpel, ya ati-ati aja dengan kenarsisanmu. Bukannya eksis yang didapat tapi malah justru tenggelam dan dilupakan orang.

2 comments:

Rest said...

kampanye beda ya sama narsis, sampe dibilang narsis kalo berlebihan kyk yg dibilang td. hehehe. berarti menilai narsis ato tidaknya itu bergantung motivasinya ya. sipsip.

ivan okta said...

erezeka...
iya beda, tipislah. setipis juga ma bohong...halahh. gini ini kalo coba dihubungkan ma politik hahaha..membingungkan